Dan tak ayal, meski ku tahan laju rinduku, dengan menutup mata demi tak melihat kau tak lagi menujuku... Akhirnya aku berbalik lagi dan memilih menahan pedih melihat punggungmu yang semakin menjauh...
Ingin sekali aku berlari mengejarmu, menarikmu agar sekali lagi mencoba sekedar merasa nyaman sebagai kekasihku....
Tetapi kakiku telah kupasung sendiri dengan rasa malu dan tidak percaya diriku, bagaimanapun kau sudah begitu baik padaku....
Jika kenyataan aku tak bisa membuatmu mencintaiku, membahagiakanmu apatalagi....
Maka bila semua itu tak bisa ku lakukan sebagai lelaki yang mengaku mencintaimu...
Hal semacam tak mengusik hidupmu lagi dan membuatmu lega tanpa beban harus membalas cintaku, harusnya bisa kulakukan untukmu bukan?
Dan untuk isyarat lukaku yang masih mengejarmu di beberapa linimasaku, percayalah aku telah berusaha menahannya agar tak tertuliskan...
Tapi... diberpuluh-puluh kali torehan yang aku cancel-kan ada saja yang terlepas dari kendaliku, semoga kau memaklumkannya :’)....
Ah, toh itu pun tak lagi penting untukmu, bagaimanapun kini kau telah lepas dariku....
Bila saja kebaikan hatimu masih merasa iba padaku, semoga itu tidak lagi....
Karena walau kau tak pernah mempercayai bahwa cukup kau bahagia maka aku telah bahagia, setidaknya aku tak lagi bahagia di atas ketidaknyamananmu, itu saja....
Walau semua ini terasa berat, aku percaya cinta pada akhirnya harus melepaskan demi cinta itu sendiri....
Karena cinta yang dipaksakan tetap saja akan melukai, entah melukaimu, entah melukaiku atau bisa jadi kita akan sama-sama terluka....
Dan untuk luka (menahan beban dan rasa bersalah) dikarenakanku, maafkanlah....
Karena sungguh sudah sejak dulu ku tutup mataku demi tak peka bahwa sejak dulu kau memintaku menyerah....
Aku hanya berpura-pura tak tahu itu, hanya karena dibeberapa waktu kadang harapan karena kebaikanmu membuatku merasa dicintaimu, aku menampik bahwa tak ada seorang pun yang kau perlakukan sebaik selain kepadaku....
Hmmmm... betapa ke-geer-annya aku...
Untuknya, semoga kau memaklumkan atas ketidakpekaanku :’)....
Maka, jika aku masih saja menarikmu di lingkar harapanku, bukankah aku akan semakin jahat padamu..?
Ketika setelah bertahun waktu kau akhirnya menemukan moment terbaik untuk mempertegas perasaanku dan membebaskan hidupmu dariku...
Akan sejahat apalagi aku, jika aku masih menarikmu...?
Tak ku pungkiri dan tak bisa ku bohongi diriku bahwa aku berharap untuk sekali lagi kau mencoba mencintaiku...
Ah tidak, tetapi benar-benar datang kepadaku sebagai orang yang tulus mencintaiku, bukan karena iba atau hal semacamnya...
Tetapi seperti katamu, rasa nyaman tetaplah rasa nyaman, bahkan bila mungkin sejuta kali kau datang padaku bila saja hatimu tak nyaman, sejuta kali itu pula kau takkan bisa mencintaiku, pun sejutakali itu pula aku akan bahagia di atas rasa tak nyamanmu....
Dan akan seperti inilah aku, akan hidup seperti benalu di hidupmu....
Yang bila aku dilepaskan darimu aku hanya akan mengering tak bersisa...
Mati dicintaku sendiri, tidak lagi mempercayai cinta....
Aku pada akhirnya terluka sendiri.
Jika hakikatnya cinta itu sebesar apa usaha dan doa....
Maka apalagi yang bisa ku perbuat...?
Ketika bahkan memohon padamu pun telah ku lakukan...!
Dan doa seperti apalagi yang akan tertutur di sujud-sujudku ketika bahkan ku sadari kebahagiaanmu bukanlah tentangku...!
Haruskah ku paksamu lagi ataukah memaksa Tuhan membuatmu mencintaiku...?
Cintakah itu atau sekedar obsesiku saja...?
Ah, aku — menyerah pun tidak menyerah — aku tetaplah lelaki yang kalah :'(