''KAU ABADI DI HATI INI''

Memang tak indah akhir kisah kita...
Perpisahan, perih, luka, kecewa yang mengundang air mata....
Maafkan jika itu salahku...!
Mungkin itu takdir cinta antara kau dan aku....
Berat untuk di terima namun harus rela.....
Do'aku semoga kau bahagia bersama penggantiku....


Rindu menjadi dinding hati.....
Kau telah pergi.....
Kau bukan milikku lagi.....
Di hatiku, kau masih di sini.....
Rasa ini tak pernah pergi....
Walau kenyataan kau telah pergi........
Takkan ku hapus kau di hati....
Walau kisah antara kita telah berakhir....
Namun rasa ini tak berakhir disini.....
 

Ku teruskan kisah ini sendiri....
Karna kau tiada lagi di sisi.....
Sungguh cinta ini tak pernah mati........
Jika aku masih terbangun oleh pagi.......
Rasa ini takkan terhenti........
Ku simpan di hati hingga tak kulihat lagi matahari........
Hingga tak kuhirup lagi udara bumi....
 

Kau bukan segalanya.....
Namun kau pernah warnai hidupku.....
Tak kuhapus warna indah yang pernah kau beri........
Akan menghiasi hingga denyut nadiku berhenti.......
Memang perih mengingat semua ini........
Tapi besar rasa cinta padamu mampu obati....
Izinkan aku menyimpan rasa ini........
Walau tak mungkin lagi kau untuk kumiliki........
Karna, kau pasti sudah tak sendiri.......
Walau telah lama kau pergi.......
Tapi kau tetap di hati..........
Ku tak berharap kau kembali........
Biarlah dirimu tak di sisi........

''KAU ABADI DI HATI INI''.

Biar

Biar....
Biarkan semua berlalu........
Tak usah dikenang lagi.......
Anggap saja semua yang dulu tak pernah ada....
Tak perlu bilang ketulusan....
Karena semua itu tiada arti...

Biar...
Biarlah ku pergi dengan lukaku....
Tak usah kau rindukan lagi...
Ingat saja mereka yang ada bersamamu....
Ceriakan harimu....

Biar....
Biarkanlah mimpi yang dulu, hilang seiring tenggelamnya mentari senja...
Biarlah malam menyapu air mata ini...
Biar kesunyian temani jiwa yang sepi ini....

Biar...
Biarlah ku begini.....

Biar....
Biar....
Biarlah.......

Selamat Tinggal

Selamat tinggal kau yang dulu....
Lupakan tentangku....
Segala tentang kita yang penuh kesakitan....
Tapi biarlah cinta yang sakit dan pedih ini Ku bawa pulang pada ikrarku sendiri...
Pergilah, jangan pernah menoleh padaku...
Air mataku bisa ku hapus sendiri.....
Kakiku pun masih mampu menopang ringkih tubuhku....
Jika dulu, semua keyakinanku adalah semu....
Maka untuk masa laluku, (kamu)...
Biarkan sekali ini, ku jadikan sebagai ketiadaan…
Bukan sebab kebencian...
Tentu saja bukan itu….
Tapi ini, tentang rindu yang inginku ku tabahkan....
Dan tentang cinta yang ingin ku ikhlaskan…
Selamat tinggal....
Cukup kau sampaikan pada masa depan....
Bahwa dulu, masa lalu tentangku....
Hanya seling hidupmu....
Tak akan pernah bisa mengusikmu lagi....
Selamat tinggal....
Selamat melupakanku....
Selamat berbahagiaa.... :)

******

Bukan kebencian....
Bukan juga hendak menjadi musuh atau memutus silaturahim....
Tapi hati pada raga yang mencintaimu....
Akan hanya mudah dan terlalu rapuh....
Untuk lagi dan lagi patah pada harapan semu....
Maaf, untuk segalanya…
Mungkin akan lebih baik....
Jika kita tak disebut “masa lalu”....
Itu hal yang paling menyakitiku....
Iyaa, anggaplah kita (aku) sebagai ketiadaan....
Tak harus kau ingat.....
Atau kau pilah sebagai teman lagi....
Cukup menjadi sesuatu, yang benar-benar tak pernah ada.... :)
Tenanglah, takkan lagi ku toreh kata di tempat kau berada. Hanya untuk menjelaskan keberadaanku....
Tenanglah jua, aku tak akan lagi mencari perhatianmu, hanya untuk mengingatkanmu bahwa aku masih mencintaimu....
Jika dulu aku selalu berusaha mencintaimu sebaik mungkin.....
Maka kini biarkan itu tetap ku lakukan…..
Dengan pelan dan pasti menjadi ‘ketiadaanmu’... :’)
Selamat TINGGAL..
Doaku, semoga kita tak lagi pernah menjadi siapa-siapa....
Semoga kau segera meniadakanku, dan berbahagia selalu.. :’)

 

Karena Aku (tidak) Tampan

Pada hakikatnya semua lelaki itu diciptakan tampan, tak terkecuali aku . Namun sayangnya hal itu tak jarang ku ingkari, bahkan terkadang aku merutuki diri hanya karena orang lain tak pernah mengatakan aku tampan — bahkan yang mengaku mencintaiku.

Benar, dalam penglihatan indra manusia aku memang bukan lelaki tampan. Aku sempurna, aku utuh tak kurang satu apapun. Tapi sekali lagi, aku tidak tampan.

Sebenarnya aku tak ingin menjelaskan tentang rupa-ku, hanya saja aku sedang bertanya-tanya. Apakah benar cinta itu menuntut akan keindahan paras? Ketampanan? Sebab jika benar, itu akan lebih baik bagiku. Setidaknya aku sadar, mengapa seseorang akhirnya meninggalkanku.

Lama sekali, begitu lama aku menanam keyakinan di hatiku bahwa aku ini tidak begitu tampan, setidaknya itu yang ku saksikan ketika aku bercermin. Tapi Allah dengan begitu pengasihNya sering memberiku keajaiban-keajaiban yang luar biasa dari hal yang justru jarang aku syukuri. Tentang bagaimana memperlihatkanku siapa saja yang tulus mencintaiku, dan siapa saja yang bertahan berada di sisiku. Juga tentang pemahaman bahwa tampan itu tak hanya di rupa, tapi juga di sini — di hati.

Merasa tak tampan itu ku akui merampas satu sisi kebaikan dalam diriku — mempercayai. Iya perampasan itu, menggelapkan kepercayaanku, bahwa tak akan ada yang datang untuk mencintaiku lalu bertahan. Aku pun bahkan rapuh mempercayai prasangka baikku padaNYA tentang janji bernama jodoh. Dan jelaslah krisis kepercayaan diri dan sulitnya mempercayai menjadi bumerang yang titiknya kembali padaku, aku tak menemukan apapun kecuali kekecewaan.

Tapi dari semua itu ada rahasia kecil yang tidak pernah ku tahu jawabannya, tentang mereka yang mengaku menyukaiku setelah lama mengenalku — mereka sahabat pun kawanku.

Sayang, sekali lagi disayangkan karena ketika mereka mengatakan itu. Dengan sekali langkah ku tinggalkan mereka, karena maaf jika mereka sahabat maka akan tetap seperti itu, tak lebih — sombong sekali :/

Aku tipikal orang yang tidak akan memberikan harapan palsu sedikitpun kepada yang mencintaiku, jika aku tidak mencintainya. Tapi aku juga orang yang tahu diri, hingga ketika aku mencintai seseorang aku lebih terlihat lemah dan mudah mengalah. Jadi segala sikapku bukan semata karena tidak bersyukur ataupun bersikap sombong. Hanya saja aku tak ingin menyakiti diri sendiri apalagi orang lain.

Naif memang. Tapi tidak dipungkiri wanita banyak jatuh cinta bermula dari mata. Maka aku fikir kekhawatiranku beralasan. :)

Tampan hati itu harusnya harga mati kita. Ketampanan paras? Ia hanya kerelatifan, bukan kemutlakan!
Yang mutlak ada disini — Dihati...